hanya sebatas kata

silahkan pergi ke sudut hati,
ada Tuhan di sana

Rabu, 20 Juni 2012

Guru-guru Tukang Itu Pembangun Pendidikan


Program sertifikasi dengan berbagai modus kebijakan birokrasi yang rumit hanya akan melahirkan guru-guru tukang yang miskin kreativitas dan inovasi. “ Tulis seorang guru dalam artikelnya.

Kesimpulan yang diambil dari cara pandang seperti itu memanglah sah-sah saja. Ketika guru berlabel sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi syarat jam pelajaran sebanyak 24jam pelajaran per minggunya, lalu seperti menemui benteng yang tinggi ketika mengenai seorang pengajar di sekolah yang  mempunyai kelas sedikit. Bukankah banyak jalan lain menuju Roma?

Jam pelajaran yang mengharuskan seorang pendidik mendapatkan jatah minimal 24 jam sesuai keahliannya, itu bukan langkah yang salah, mengingat untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas itu harus dipegang oleh ahlinya. Banyak sekolah yang mempunyai kapasitas kecil dan tidak mencukupi jam pelajaran bagi guru-gurunya, itu bisa ditemukan jalan keluarnya dengan megabdi di sekolah lain, dengan catatan sesuai keahlian. 

Kalau mempunyai niat yang baik, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Ada yang tidak disadari oleh pendidik yang saya kira berpikiran sempit, sesungguhnya pemerintah telah berusaha seprofesional mungkin dalam membangun pendidikan di negeri ini.  Berbagai peraturan dibuat dengan tujuan pendidikan yang lebih maju dan bermanfaat. Sudut pandang kita sebagai pendidik haruslah bisa melihat sisi yang lain dari sistem yang dibangun. Tidak hanya melihat dari sudut pandang yang negatif saja tentang kebijakan pemerintah.

Masih dari kesimpulan di atas, ‘berbagai modus dari kebijakan birokrasi’ yang dimaksud terasa samar dan kurang beralasan. Jika pun mengambil alasan tentang birokrasi yang rumit, ya kita jalankan saja, toh peraturan itu dibuat demi kepentingan bersama. Apakah akan mengakibatkan guru-guru tukang yang miskin kreativitas dan inovasi? Kembali pada kebijakan diri masing-masing, saya rasa mengenai kreativitas dan inovasi seseorang tidak akan terlalu bergantung pada sistem yang sudah diperjuangkan pemerintah selama ini. Kreativitas lahir dari keadaan yang diciptakan secara terus menerus.

Kita lihat bagaimana Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar yang berasal dari kegagalan yang beratus kali, inovasi bisa dilakukan kapan saja dengan tekun. Bahkan dalam waktu sempit sekali pun. Asal ada niat baik dari diri kita sebagai pendidik untuk memajukan pendidikan itu, cepat atau lambat akan terlaksana, begitu pun dengan kreativitas yang dilakukan di kelas.

Sebuah rumah dibangun oleh tukang-tukang yang terdiri dari bermacam ahli, baik itu di bidang penembokan, pengecatan, pasang genteng, dan masih banyak lagi. Hingga pada akhirnya berdirilah sebuah rumah yang diinginkan. Seperti itulah pendidikan kita.

Oleh karena itu, ada baiknya para pendidik menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku. Toh kalau mau mengubah pun tidak akan pernah berhasil. Pendidikan karakter yang dibangun sekarang ini sudah cukup untuk mewakili terbentuknya sebuah pendidikan yang berkualitas. Kreativitas dan inovasi bisa dilaksanakan secara perlahan, sambil menyesuaikan dengan sistem yang ada. Kemudian jam pelajaran bisa disiasati dengan mencari sekolah lain yang sesuai dengan keahlian guru yang bersangkutan. Tak ada kemiskinan dalam proses keilmuan dan banyak jalan menuju Roma.

Sumber: *Pikiran Rakyat 23 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar