tangan mengepal ketika melawan punggung gunung
di kaki langit menyibak tabir untuk tiga anakmu yang lugu
dalam sabar tak malu terkucil dunia di sudut desa
layak jadi pria penuh cerita dan liku penuh haru
entah kubisa berpangku pada siapa suatu hari
sedang cerita hati kukulum sendiri saat ini
padahal kutahu pasti kau lebih mengerti cinta
seperti sayangnya ibu kepada ketiga anakmu
ingat sewaktu kecil, ketika ku dibentak bentak
dimarahi dengan pongahnya mataku memerah
berteriak sesukanya, tak setuju tak mengangguk
dan serasa sakit, hati terkikis diceramahi
darah dan daging menyatu bersama air mata
saat kusadari kelak engkau takkan ada lagi
menaburi keindahan gubuk yang disulam
dari jerami berpeluh kasih untuk keluarga
kini, kusadar..
berkata ‘ah’ saja adalah dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar